
Bahan materi pelatihan terangkum dalam sebuah buku yang lazim disebut BBM (Bahan Belajar Mandiri). Salah satu materi BBM yang harus disampaikan dalam pelatihan guru di tingkat KKG adalah tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran.
Sesungguhnya materi ini menempatkan guru berada pada dua sisi mata uang yang berbeda. Di satu sisi yang baik, guru menjadi pembelajar yang harus selalu meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan teknologi yang selanjutnya dipraktekkan dalam penerapan media pembelajaran di sekolah. Tapi pada sisi yang lain, kehadiran program pembelajaran menggunakan TIK membuat sebagian guru menjadi pesimis bahkan cenderung bersifat masa bodoh dalam menanggapi inovasi ini.
Dari hasil pengamatan yang saya selama menjadi pemateri TIK pada beberapa kali kegiatan in dan onservice dari beberapa gugus sekolah terdapat respon yang berbeda dari guru peserta KKG. Bahkan ketika saya sampaikan materi yang sama pada kegiatan on service kelompok kerja kepala sekolah, respon yang timbul dari kepala sekolah peserta sangat tidak terduga.
Motivasi internal dari peserta KKG / KKKS sangat mempengaruhi kemampuan memahami BBM dan penguasaan ketrampilan beraktivitas menggunakan perangkat komputer. Sebagian kecil peserta menanggapi dengan antusias penyampaian materi, sebagian menanggapi dengan setengah hati, dan sisanya acuh tak acuh dalam menerima informasi.
Melihat fakta yang demikian nyata seperti itu, dalam hati saya berfikir secara analogis : Penerapan TIK dalam pembelajaran di sekolah dasar saat ini belum memungkinkan untuk mencapai hasil optimal! Mengapa?
1. Sarana dan prasarana penunjang penerapan TIK (komputerisasi) belum memadai,
2. Kemampuan guru sebagai Good Facilitator dalam penggunaan perangkat penunjang penerapan TIK
belum merata, atau bahkan belum mampu sama sekali,
3. Kemauan (motivasi) guru untuk dapat menguasai TIK belum optimal.
4. Lokasi sekolah yang tersebar di daerah - daerah dengan karakteristik yang berbeda akan berpengaruh
terhadap keberhasilan penerapan TIK ini.
5. Perlu campur tangan pemerintah untuk memfasilitasi dan menyediakan sarana prasarana berupa
software maupun hardware yang disediakan untuk sekolah - sekolah.
6. Guru secara khusus perlu mengikuti diklat penguasaan perangkat lunak dan komputer supaya dapat
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan TIK.
Dari hal - hal tersebut, setiap kali selesai menyampaikan informasi tentang TIK hati kecil saya bertanya: Sebenarnya kapan TIK ini dapat efektif dilaksanakan di sekolah dasar? 10, 20, 30, atau bahkan mungkin 40 tahun yang akan datang? Dapatkah kita menjadi agen perubahan untuk memulai menerapkan TIK dalam pembelajaran di kelas kita saat ini?
( Surakarta, 20/11/2010 - Kusuma Sahid Prince Hotel, room 228)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda di sini: